Wayang Kulit Purwa Cirebon

Written By Unknown on Tuesday, November 13, 2012 | 1:34 PM

Wayang Kulit Purwa Cirebon


Perkembangan seni pewayangan di Jawa Barat, terutama bentuk wayang kulitnya, berasal dari wayang kulit Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal itu terbukti dari bentuk wayang purwa Cirebon yang kini hampir punah, serupa dengan bentuk wayang Keling Pekalongan, yakni gelung cupit urang pada tokoh-tokoh seperti Arjuna, Bima, Gathotkaca dan lain-lainya tidak mencapai ubun-ubun dan tokoh wayang Rahwana berbusana rapekan seperti busana wayang Gedog.

Menurut para sesepuh di Cirebon, babon dan wayang kulit Cirebon memang mengambil cerita dari kitab Ramayana dan Mahabharata, tetapi sejak semula tersebut telah dikembangkan dan dibuat dengan corak tersendiri oleh seorang tokoh yang disebut Sunan Panggung. Cirebon berpendapat bahwa tokoh Sunan Panggung tersebut merupakan indentik dengan Sunan Kalijaga, seorang Wali penutup dari jajaran dewan Wali Sanga. Maka dengan demikian, jelaslah bahwa materi Ramayana dan Mahabharata yang Hinduis itu telah banyak diperbaiki dan diperbaharui serta disesuaikan dengan dasardasar ajaran Islam. Selain itu, satu hal yang relevan dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa para dalang wayang kulit ataupun dalang-dalang wayang Cepak di Cirebon memperoleh ajarannya dari cara-cara tradisional. Ia menjadi dalang dengan petunjuk ayahnya atau kakeknya yang disampaikan secara lisan, sehingga sulit bagi kita untuk menghimpun sastra lisan tersebut sekarang ini.

Di wilayah Jawa Barat sedikitnya terdapat empat versi kesenian wayang kulit, yakni versi Betawi, Cirebon, Cianjur, serta Bandung dan masing-masing menggunakan dialeg daerah setempat.
Melihat akan wilayah penyebaran kesenian wayang kulit yang bersifat kerakyatan itu, maka nampaklah suatu rangkaian yang hampir saling bersambungan dengan wilayah Banyumas, Pekalongan, Cirebon, Purwakarta, Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, hingga Banten. Nampaknya kesenian Wayang Kulit Cirebon masih mendapat tempat baik di lingkungan masyarakatnya dan penyebaranya dengan bahasa Cirebon Campuran yaitu campuran Jawa dan Sunda yang meli22 puti daerah-daerah seperti Kuningan, Subang, Majalengka, bahkan sampai Kabupaten Kerawang bagian timur.

Suatu ciri khas pada pagelaran Wayang Kulit Cirebon adalah katerlibatan para penabuh gamelan (niyaga) yang bukan hanya melatar belakangi pertunjukan dengan alat musiknya, tetapi dengan senggakan-senggakan lagu yang hampir terus-menerus selama pergelaran berlangsung. Difusi kebudayaan tersebut berjalan lama serta mantap, dan peranan Wali Sanga sebagai faktor dinamik dan penyebar unsur peradaban pesisir tidak boleh dilupakan begitu saja. Contoh menarik peranan Wali Sanga yang berkaitan dengan Cirebon sebagai salah satu komponen peradaban pesisir adalah unsur kebudayaan dalam ungkapan kegiatan religi, mistik dan magi yang membaur dan nampak dalam pertunjukan wayang.

Para Wali sangat aktif dalam penciptaan-penciptaan seni pedalangan dan memanfaatkan seni karawitan untuk mengIslamkan orang-orang Jawa. Simbolisme dan ungkapannya nampak paling kaya dari seni karawitan dan seni pedalangan yang dimanfaatkan dalam setiap dakwahnya. Satu hal yang khas pula dalam jajaran wayang Kulit Cirebon, ialah apabila jumlah panakawan di daerah lainnya hanya empat orang, maka keluarga Semar ini berjumlah sembilan orang yakni Semar, Gareng, Dawala, Bagong, Curis, Witorata, Ceblek, Cingkring, dan Bagol Buntung, yang semuanya itu melambangkan sembilan unsur yang ada di dunia serta nafsu manusia, atau melambangkan jumlah Wali yang ada dalam melakukan dakwah Islam.
(buku Pedalangan Jilid 1 untuk SMK)
Anda sedang membaca artikel tentang Wayang Kulit Purwa Cirebon dan anda bisa menemukan artikel Wayang Kulit Purwa Cirebon ini dengan url http://carajawa.blogspot.com/2012/11/wayang-kulit-purwa-cirebon.html, silahkan anda sebar luaskannya atau copy paste jika artikel Wayang Kulit Purwa Cirebon ini bermanfaat bagi anda dan teman-teman, mohon sertakan link Wayang Kulit Purwa Cirebon sebagai sumbernya.
Posted by: Daryono sarjana sastra Daryono sarjana sastra, Updated at: 1:34 PM

0 komentar:

Post a Comment